BAB I
RANGKUMAN PSIKOLOGI SOSIAL
A. Pengantar Psikologi Sosial
1. Antara Akal Sehat dan Ilmu Pengetahuan
Psikologi sosial harus taat kepada disiplin ilmu dan tidak bisa hanya
mengandalkan diri pada akal sehat (common sence) semata. Dalam
masyarakat kita, masih ditemukan banyak orang yang berfikiran bahwa akal
sehat sangat berpengaruh dalam kehidupan sehari-hari.
Akan tetapi, akal sehat mengandung beberapa kendala. Kendala yang
pertama adalah confirmation bias ( membenarkan pendapat sendiri ).
Contohnya, dukun cilik ponari. Kendala lain adalah berpikir heuristic,
yaitu mengikuti pikiran yang pertama kali muncul dalam benak. Pemikiran
semacam ini disebut juga berpikir jalan pintas. Selain itu, ada kendala
lain dari akal sehat, yaitu pengaruh perasaan atau mood effect. Emosi
manusia selalu memengaruhi akalnya.
Akibat dari kendala-kendala itu, akal sehat sangat rentan terhadap sesat
pikir dan inkonsistensi pikiran. Oleh karena itu, sebagai ilmu,
psikologi sosial tidak berdasarkan akal sehat semata, tetapi melalui
kaidah-kaidah ilmu pengetahuan, khususnya ilmu sosial, yaitu:
1) Berdasarkan pada data empiris, terukur, dan terverifikasi
2) Menggunakan teori-teori dan prosedur analisis yang sudah baku atau teruji
3) Berusaha memahami penyebab dari perilaku dan pemikiran sosial seseorang
4) Mempelajari proses kognitif
5) Memperhitungkan faktor lingkungan fisik, dan
6) Memperhatikan factor budaya
2. Sejarah Psikologi Sosial
Konsep psikologi sosial disebut sebagai folk psychologist. Sebutan ini
berlaku bagi ilmuan Jerman pada pertengahan abad ke-19. Kurt Lewin
sebagai salah satu tokoh psikologi sosial terkenal terkenal dengan
teoritis tingkah laku. Pendapatnya adalah tingkah laku ( B: behavior )
merupakan hasil dari fungsi (f) individu (p) dan lingkungan (
E:environment ), secara singkat rumusnya adalah B = f(P, E).
Psikologi sosial juga kemudian dianggap terlalu positivistic, yaitu
penerimaan nonkritis, sebagai satu pengetahuan yang didapat sebagai
kebenaran tunggal tanpa adanya gugatan (Vaughan dan Hogg, 2002). Hal ini
bisa menimbulkan distorsi dan salah arah ( misleading ) dalam
menjelaskan berbagai hal tentang psikologi sosial.
3. Batas dan Ruang Lingkup
Batas dan ruang lingkup psikologi sosial adalah:
1) Psikologi sosial mempelajari perilaku manusia
2) Perilaku itu haruslah yang teramati dan terukur
3) Harus bisa diverifikasi oleh siapa saja ( publicy verifiable )
4) Tidak mempelajari perilaku yang kasat mata dan tidak terukur
5) Menghubungkan aspek-aspek psikologi sosial dari perilaku sosial dengan proses dan struktur kognitif yang lebih mendasar
B. Persepsi Sosial Mengenali dan Mengerti Orang Lain
1. Pengertian Persepsi Sosial
Secara umum, persepsi sosial adalah aktivitas memersepsikan orang lain
dan apa yang membuat mereka dikenali. Melalui persepsi sosial, kita
berusaha mencari tahu dan mengerti orang lain. Sebagai bidang kajian,
persepsi sosial adalah studi terhadap bagaimana orang membentuk kesan
dan membuat kesimpulan tentang orang lain ( Teifod, 2008 ).
2. Persepsi Sosial Sebagai Proses
Proses persepsi sosial dimulai dari pengenalan terhadap tanda-tanda
nonverbal atau tingkah laku nonverbal yang ditampilkan orang lain.
Tanda-tanda ini yang digunakan untuk mengenali dan memahami orang lain
secara lebih jauh.
Pembentukan kesan didasari oleh kegiatan atribusi. Dalam proses persepsi
sosial, atribusi merupakan merupakan langkah awal dari pembentukan
kesan. Istilah atribusi secara umum merujuk pada proses mengenali
penyebab dari tingkah laku orang lain dan sekaligus memperoleh
pengetahuan tentang sifat-sifat serta disposisi-disposisi yang menetap
pada orang lain
3. Tingkah Laku dan Komunikasi Nonverbal
Tingkah laku nonverbal dapat membantu kita untuk mencapai tujuan, yaitu:
a. Menyediakan informasi tentang perasaan dan niat secara ajek
b. Dapat digunakan untuk mengatur dan mengelola interaksi
c. Dapat digunakan mengungkapan keintiman
d. Dapat digunakan untuk menegakkan dominasi atau kendali
e. Memfasilitasi pencapaian tujuan dengan cara menunjuk, memberi tanda pujian
Penelitian-penelitian tentang komunikasi nonverbal menemukan ada lima saluran komunikasi nonverbal:
a. Ekspresi Wajah Sebagai Tanda dari Emosi Orang Lain
Penelitian-penelitian tentang hubungan antara ekspresi wajah dengan
emosi menunjukan bahwa ada lima emosi dasar yang secara jelas diwakili
oleh ekspresi wajah: takut, marah, bahagia, kaget, dan jijik
b. Kontak Mata Sebagai Tanda Nonverbal
Penelitian-penelitian tentang hubungan antara kontak mata dengan tatapan
sebagai tanda-tanda nonverbal dengan keadaan emosional. Kontak mata
merupakan unsur penting dalam percintaan, juga menjadi tanda dari
ketertarikan dan keinginan mengenal lebih jauh.
c. Gerak-gerik, Gerakan Badan, dan Postur
Perpaduan posisi tubuh, gerakan badan, dan postur biasa disebut juga
bahasa tubuh ( body language ). Gerakan-gerakan kecil ( gestiur ) yang
berulang-ulang dapat mencerminkan perasaan cemas. Gestur dapat
memberikan informasi yang lebih banyak tentang perasaan orang lain.
Gesture tertentu memiliki makna yang berbeda antara perempuan dengan
laki-laki ( Schubert,2004 )
d. Sentuhan
Pemahaman melalui sentuhan bergantung pada factor:
1) Siapa yang menampilkan sentuhan
2) Jenis kontak fisik
3) Konteks yang ada pada saat sentuhan ditampilkan
e. Komunikasi Nonverbal melalui Multi-saluran
Archer dan Akert ( 1991 ) menunjukan bahwa orang mampu menafsirkan
tanda-tanda yang ditampilkan melalui beragam saluran komunikasi
nonverbal dengan cukup tepat, dengan memanfaatkan berbagai tanda meski
ada perbedaan pada beberapa tipe orang.
4. Atribusi : memahami sebab-sebab dari tingkah laku orang lain
a. Teori Atribusi dari Heider
Menurut Heider, ada dua sumber atribusi terhadap tingkah laku: (1)
atribusi internal atau disposisional; (2) atribusi eksternal atau
lingkungan.
Pada atribusi internal kita menyimpulkan bahwa tingkah laku seseorang
disebabkan oleh sifat-sifat atau disposisi. Pada atribusi eksternal kita
menyimpulkan bahwa tingkah laku seseorang disebabkan oleh situasi
tempat orang itu berada.
b. Teori atribusi dari Kelley
Mengajukan model proses atribusi yang tidak lagi merujuk pada intensi.
Menurut kelley untuk menjadikan tingkah laku konsisten, orang membuat
atribusi personal ketika konsesus dan kekhususan, orang membuat atribusi
stimulus. Jadi, atribusi dipengaruhi oleh faktor-faktor dari interaksi
orang dengan situasi yang dihadapinya, bukan pada faktor intensional.
c. Dimensi lain dari atribusi Kausal
Ada penyebab internal yang stabil serta tidak berubah seiring ruang
dan waktu, seperti sifat kepribadian dan temperamen. Di sisi lain ada
penyebab internal yang berubah-ubah seperti motif, kesehatan, kelelahan,
dan suasana hati.
d. Teori Kepribadian Tersirat ( Implicit Personality Theorist )
Dari pendekatan kognisi sosial, penjelasan tentang bagaimana kita
mengenali dan mengerti orang lain dapat diperoleh dalam konsep tentang
teori kepribadian tersirat yaitu sebuah jenis skema yang digunakan orang
untuk membentuk kesan tentang orang lain dalam waktu cepat.
BAB II
KOMENTAR
A. Pengantar Psikologi Sosial
Psikologi Sosial adalah ilmu jiwa sosial memerlukan sedikit pengetahuan
pendahuluan agar isinya lebih mudah dipahami. Hal-hal yang dipelajari
dalam ilmu jiwa sosial, diantaranya:
1. hubungan antar manusia
2. kehidupan manusia dalam kelompok
3. sifat-sifat dan struktur kelompok
4. pembentukan norma sosial
5. peranan kelompok dalam perkembangan individu
6. kepemimpinan
7. dinamika kelompok
8. sikapsosial
9. perubahan sikap sosial
Hal-hal yang harus dipelajari tersebut harus mengikuti kaidah-kaidah
ilmu pengetahuan. Sehingga dapat dipelajari sesuai kaidah yang berlaku.
Ruang lingkup yang berada disekitar kita dapat dipelajari jika kita
mengetahui batas dan ruang lingkup yang ada. Ada beberapa hubungan
antara psikologi sosial dengan ilmu lain. Antaranya dengan sosiologi,
antropologi, dan budaya.
Ada beberapa metode dalam psikologi sosial:
1. Metode eksperimen
Untuk menimbulkan dengan sengaja suatu gejala guna dapat menyelidiki
berlangsungnya dengan persiapan yang cukup dan perhatian yang khusus.
Adapun syarat-syaratnya adalah : menentukan dengan tepat waktu,
mengikuti berlangsungnya gejala, dapat diulangi dalam keadaan yang sama,
dan dapat mengubah dengan sengaja.
2. Metode survei
Metode mengumpulkan data seluas-luasnya mengenai kelompok yang akan
diteliti. Biasanya dilakukan dengan wawancara, observasi, dan angket
untuk mengumpulkan keterangan
3. Metode diagnostik-psikis
Dalam mengumpulkan keterangan digunakan skala-skala sikap,selain itu
juga menggunakan tes kepribadian, yaitu tes-tes proyeksi yang dapat
digunakan sarjana psikologi.
B. Persepsi Sosial mengenali dan Mengerti Orang Lain
Dengan mempelajari Persepsi dari seseorang kita dapat dengan mudah
mengetahui karakter seseorang. Melalui komunikasi nonverbal, kita dapat
berkomunikasi tanpa kata-kata, baik secara sengaja maupun tidak. Orang
juga mampu menafsirkan tanda-tanda yang ditampilkan melalui beragam
saluran komunikasi nonverbal secara cukup tepat dengan memanfaatkan
berbagai tanda meski ada perbedaan pada beberapa tipe orang.
Atribusi merupakan tindakanpenafsiran ; apa yang “terberi”( kesan dari
data indrawi ) dihubungkan kembali dengan sumber asalnya. Untuk
menjadikan tingkah laku konsisten, orang membuat atribusi personal
ketika konsensus dan keberbedaan rendah. Sedangkan pada saat konsensus
dan keberbedaan tinggi, orang membuat atribusi stimulus.
Orang dapat menggunakan jalan pintas mental untuk memahami apa yang
dirasakan dan dipikirkan orang lain, yaitu dengan menghubungkan tingkah
laku yang ditampilkan saat ini dengan sifat-sifat lain yang diketahui
dimiliki orang lain. Persepsi sosial sering mengandung bias, diantaranya
efek halo, negativitas, bias korespondensi, kesalahan
atribusifundamental, in-group bias, dan efek kambing hitam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar