Kamis, 06 Februari 2014

resume psikologi sosial

BAB I
RANGKUMAN PSIKOLOGI SOSIAL
A. Pengantar Psikologi Sosial
1. Antara Akal Sehat dan Ilmu Pengetahuan
Psikologi sosial harus taat kepada disiplin ilmu dan tidak bisa hanya mengandalkan diri pada akal sehat (common sence) semata. Dalam masyarakat kita, masih ditemukan banyak orang yang berfikiran bahwa akal sehat sangat berpengaruh dalam kehidupan sehari-hari.
Akan tetapi, akal sehat mengandung beberapa kendala. Kendala yang pertama adalah confirmation bias ( membenarkan pendapat sendiri ). Contohnya, dukun cilik ponari. Kendala lain adalah berpikir heuristic, yaitu mengikuti pikiran yang pertama kali muncul dalam benak. Pemikiran semacam ini disebut juga berpikir jalan pintas. Selain itu, ada kendala lain dari akal sehat, yaitu pengaruh perasaan atau mood effect. Emosi manusia selalu memengaruhi akalnya.
Akibat dari kendala-kendala itu, akal sehat sangat rentan terhadap sesat pikir dan inkonsistensi pikiran. Oleh karena itu, sebagai ilmu, psikologi sosial tidak berdasarkan akal sehat semata, tetapi melalui kaidah-kaidah ilmu pengetahuan, khususnya ilmu sosial, yaitu:
1) Berdasarkan pada data empiris, terukur, dan terverifikasi
2) Menggunakan teori-teori dan prosedur analisis yang sudah baku atau teruji
3) Berusaha memahami penyebab dari perilaku dan pemikiran sosial seseorang
4) Mempelajari proses kognitif
5) Memperhitungkan faktor lingkungan fisik, dan
6) Memperhatikan factor budaya
2. Sejarah Psikologi Sosial
Konsep psikologi sosial disebut sebagai folk psychologist. Sebutan ini berlaku bagi ilmuan Jerman pada pertengahan abad ke-19. Kurt Lewin sebagai salah satu tokoh psikologi sosial terkenal terkenal dengan teoritis tingkah laku. Pendapatnya adalah tingkah laku ( B: behavior ) merupakan hasil dari fungsi (f) individu (p) dan lingkungan ( E:environment ), secara singkat rumusnya adalah B = f(P, E).
Psikologi sosial juga kemudian dianggap terlalu positivistic, yaitu penerimaan nonkritis, sebagai satu pengetahuan yang didapat sebagai kebenaran tunggal tanpa adanya gugatan (Vaughan dan Hogg, 2002). Hal ini bisa menimbulkan distorsi dan salah arah ( misleading ) dalam menjelaskan berbagai hal tentang psikologi sosial.
3. Batas dan Ruang Lingkup
Batas dan ruang lingkup psikologi sosial adalah:
1) Psikologi sosial mempelajari perilaku manusia
2) Perilaku itu haruslah yang teramati dan terukur
3) Harus bisa diverifikasi oleh siapa saja ( publicy verifiable )
4) Tidak mempelajari perilaku yang kasat mata dan tidak terukur
5) Menghubungkan aspek-aspek psikologi sosial dari perilaku sosial dengan proses dan struktur kognitif yang lebih mendasar
B. Persepsi Sosial Mengenali dan Mengerti Orang Lain
1. Pengertian Persepsi Sosial
Secara umum, persepsi sosial adalah aktivitas memersepsikan orang lain dan apa yang membuat mereka dikenali. Melalui persepsi sosial, kita berusaha mencari tahu dan mengerti orang lain. Sebagai bidang kajian, persepsi sosial adalah studi terhadap bagaimana orang membentuk kesan dan membuat kesimpulan tentang orang lain ( Teifod, 2008 ).
2. Persepsi Sosial Sebagai Proses
Proses persepsi sosial dimulai dari pengenalan terhadap tanda-tanda nonverbal atau tingkah laku nonverbal yang ditampilkan orang lain. Tanda-tanda ini yang digunakan untuk mengenali dan memahami orang lain secara lebih jauh.
Pembentukan kesan didasari oleh kegiatan atribusi. Dalam proses persepsi sosial, atribusi merupakan merupakan langkah awal dari pembentukan kesan. Istilah atribusi secara umum merujuk pada proses mengenali penyebab dari tingkah laku orang lain dan sekaligus memperoleh pengetahuan tentang sifat-sifat serta disposisi-disposisi yang menetap pada orang lain
3. Tingkah Laku dan Komunikasi Nonverbal
Tingkah laku nonverbal dapat membantu kita untuk mencapai tujuan, yaitu:
a. Menyediakan informasi tentang perasaan dan niat secara ajek
b. Dapat digunakan untuk mengatur dan mengelola interaksi
c. Dapat digunakan mengungkapan keintiman
d. Dapat digunakan untuk menegakkan dominasi atau kendali
e. Memfasilitasi pencapaian tujuan dengan cara menunjuk, memberi tanda pujian
Penelitian-penelitian tentang komunikasi nonverbal menemukan ada lima saluran komunikasi nonverbal:
a. Ekspresi Wajah Sebagai Tanda dari Emosi Orang Lain
Penelitian-penelitian tentang hubungan antara ekspresi wajah dengan emosi menunjukan bahwa ada lima emosi dasar yang secara jelas diwakili oleh ekspresi wajah: takut, marah, bahagia, kaget, dan jijik
b. Kontak Mata Sebagai Tanda Nonverbal
Penelitian-penelitian tentang hubungan antara kontak mata dengan tatapan sebagai tanda-tanda nonverbal dengan keadaan emosional. Kontak mata merupakan unsur penting dalam percintaan, juga menjadi tanda dari ketertarikan dan keinginan mengenal lebih jauh.
c. Gerak-gerik, Gerakan Badan, dan Postur
Perpaduan posisi tubuh, gerakan badan, dan postur biasa disebut juga bahasa tubuh ( body language ). Gerakan-gerakan kecil ( gestiur ) yang berulang-ulang dapat mencerminkan perasaan cemas. Gestur dapat memberikan informasi yang lebih banyak tentang perasaan orang lain. Gesture tertentu memiliki makna yang berbeda antara perempuan dengan laki-laki ( Schubert,2004 )
d. Sentuhan
Pemahaman melalui sentuhan bergantung pada factor:
1) Siapa yang menampilkan sentuhan
2) Jenis kontak fisik
3) Konteks yang ada pada saat sentuhan ditampilkan
e. Komunikasi Nonverbal melalui Multi-saluran
Archer dan Akert ( 1991 ) menunjukan bahwa orang mampu menafsirkan tanda-tanda yang ditampilkan melalui beragam saluran komunikasi nonverbal dengan cukup tepat, dengan memanfaatkan berbagai tanda meski ada perbedaan pada beberapa tipe orang.
4. Atribusi : memahami sebab-sebab dari tingkah laku orang lain
a. Teori Atribusi dari Heider
Menurut Heider, ada dua sumber atribusi terhadap tingkah laku: (1) atribusi internal atau disposisional; (2) atribusi eksternal atau lingkungan.
Pada atribusi internal kita menyimpulkan bahwa tingkah laku seseorang disebabkan oleh sifat-sifat atau disposisi. Pada atribusi eksternal kita menyimpulkan bahwa tingkah laku seseorang disebabkan oleh situasi tempat orang itu berada.
b. Teori atribusi dari Kelley
Mengajukan model proses atribusi yang tidak lagi merujuk pada intensi. Menurut kelley untuk menjadikan tingkah laku konsisten, orang membuat atribusi personal ketika konsesus dan kekhususan, orang membuat atribusi stimulus. Jadi, atribusi dipengaruhi oleh faktor-faktor dari interaksi orang dengan situasi yang dihadapinya, bukan pada faktor intensional.
c. Dimensi lain dari atribusi Kausal
Ada penyebab internal yang stabil serta tidak berubah seiring ruang dan waktu, seperti sifat kepribadian dan temperamen. Di sisi lain ada penyebab internal yang berubah-ubah seperti motif, kesehatan, kelelahan, dan suasana hati.
d. Teori Kepribadian Tersirat ( Implicit Personality Theorist )
Dari pendekatan kognisi sosial, penjelasan tentang bagaimana kita mengenali dan mengerti orang lain dapat diperoleh dalam konsep tentang teori kepribadian tersirat yaitu sebuah jenis skema yang digunakan orang untuk membentuk kesan tentang orang lain dalam waktu cepat.
BAB II
KOMENTAR
A. Pengantar Psikologi Sosial
Psikologi Sosial adalah ilmu jiwa sosial memerlukan sedikit pengetahuan pendahuluan agar isinya lebih mudah dipahami. Hal-hal yang dipelajari dalam ilmu jiwa sosial, diantaranya:
1. hubungan antar manusia
2. kehidupan manusia dalam kelompok
3. sifat-sifat dan struktur kelompok
4. pembentukan norma sosial
5. peranan kelompok dalam perkembangan individu
6. kepemimpinan
7. dinamika kelompok
8. sikapsosial
9. perubahan sikap sosial
Hal-hal yang harus dipelajari tersebut harus mengikuti kaidah-kaidah ilmu pengetahuan. Sehingga dapat dipelajari sesuai kaidah yang berlaku.
Ruang lingkup yang berada disekitar kita dapat dipelajari jika kita mengetahui batas dan ruang lingkup yang ada. Ada beberapa hubungan antara psikologi sosial dengan ilmu lain. Antaranya dengan sosiologi, antropologi, dan budaya.
Ada beberapa metode dalam psikologi sosial:
1. Metode eksperimen
Untuk menimbulkan dengan sengaja suatu gejala guna dapat menyelidiki berlangsungnya dengan persiapan yang cukup dan perhatian yang khusus. Adapun syarat-syaratnya adalah : menentukan dengan tepat waktu, mengikuti berlangsungnya gejala, dapat diulangi dalam keadaan yang sama, dan dapat mengubah dengan sengaja.
2. Metode survei
Metode mengumpulkan data seluas-luasnya mengenai kelompok yang akan diteliti. Biasanya dilakukan dengan wawancara, observasi, dan angket untuk mengumpulkan keterangan
3. Metode diagnostik-psikis
Dalam mengumpulkan keterangan digunakan skala-skala sikap,selain itu juga menggunakan tes kepribadian, yaitu tes-tes proyeksi yang dapat digunakan sarjana psikologi.
B. Persepsi Sosial mengenali dan Mengerti Orang Lain
Dengan mempelajari Persepsi dari seseorang kita dapat dengan mudah mengetahui karakter seseorang. Melalui komunikasi nonverbal, kita dapat berkomunikasi tanpa kata-kata, baik secara sengaja maupun tidak. Orang juga mampu menafsirkan tanda-tanda yang ditampilkan melalui beragam saluran komunikasi nonverbal secara cukup tepat dengan memanfaatkan berbagai tanda meski ada perbedaan pada beberapa tipe orang.
Atribusi merupakan tindakanpenafsiran ; apa yang “terberi”( kesan dari data indrawi ) dihubungkan kembali dengan sumber asalnya. Untuk menjadikan tingkah laku konsisten, orang membuat atribusi personal ketika konsensus dan keberbedaan rendah. Sedangkan pada saat konsensus dan keberbedaan tinggi, orang membuat atribusi stimulus.
Orang dapat menggunakan jalan pintas mental untuk memahami apa yang dirasakan dan dipikirkan orang lain, yaitu dengan menghubungkan tingkah laku yang ditampilkan saat ini dengan sifat-sifat lain yang diketahui dimiliki orang lain. Persepsi sosial sering mengandung bias, diantaranya efek halo, negativitas, bias korespondensi, kesalahan atribusifundamental, in-group bias, dan efek kambing hitam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar