Persepsi
dalam pengertian psikologi adalah proses pencarian informasi untuk dipahami.
Alat untuk memperoleh informasi tersebut adalah penginderaan. Sebaliknya alat untuk memahaminya adalah kesadaran atau kognisi. Artinya, persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh
penginderaan. Pengindraan adalah merupakan suatu proses diterimanya stimulus
oleh individu melalui alat penerimaan yaitu alat indera. Namun proses tersebut
tidak berhenti di situ saja, pada umumnya stimulus tersebut diteruskan oleh
saraf otak sebagai pusat susunan saraf dan proses itu selanjutnya disebut
sebagai proses persepsi.
Jadi, persepsi dapat diartikan
sebagai pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang
diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Atau dengan kata
lain persepsi merupakan proses memberikan makna pada stimuli yang ditangkap
oleh inderawi. Dalam hal ini, stimulus yang mengenai inderawi
individu itu kemudian diorganisasikan, diinterprestasikan, sehingga individu
menyadari tentang apa yang diinderakannya itu. Proses inilah yang dimaksud
dengan persepsi. Jadi stimulus diterima oleh alat indera, kemudian proses
persepsi sesuatu yang diindera tersebut menjadi sesuatu yang berarti setelah
diorganisasikan dan diinterpestasikan. Selanjutnya, persepsi juga dianggap
sebagai proses yang integrated dari
individu terhadap stimulus yang diterimanya. Dengan demikian dapat dikemukakan
bahwa persepsi itu merupakan proses pengorganisasian, penginterprestasian
terhadap stimulus yang diterima oleh organisme atau individu sehingga merupakan
sesuatu yang berarti dan merupakan aktivitas yang integrated dalam diri
individu. Karena merupakan aktivitas yang integrated, maka seluruh
pribadi, seluruh apa yang ada dalam diri individu ikut aktif berperan dalam proses
persepsi.
Dengan
persepsi, individu dapat menyadari, dapat mengerti tentang keadaan lingkungan
yang ada disekitarnya dan juga tentang keadaan diri individu yang bersangkutan.
Dengan demiklan dapat dikemukakan bahwa dalam persepsi stimulus dapat datang
dari luar diri individu, tetapi juga dapat datang dari dalam diri individu yang
bersangkutan. Bila yang dipersepsi dirinya sendiri sebagai objek persepsi
inilah yang disebut persepsi diri (self perception). Karena dalam
persepsi itu merupakan aktivitas yang integrated, maka seluruh apa yang
ada dalam diri individu seperti perasaan, pengalaman, kemampuan berfikir,
kerangka acuan dan aspek-aspek lain yang ada dalam diri individu akan ikut
berperan dalam persepsi tersebut. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat
dikemukakan bahwa dalam persepsi itu sekalipun stimulusnya sama, kerangka acuan
tidak sama, adanya kemungkinan hasil persepsi antara individu satu dengan
individu yang lain tidak sama. Keadaan tersebut memberikan gambaran bahwa
persepsi itu memang bersifat individual.
Faktor-faktor
yang berpengaruh pada Persepsi
Sebelumnya
telah dijelaskan bahwa apa yang ada dalam diri individu akan mempengaruhi
individu dalam mengadakan persepsi, ini merupakan faktor internal. Disamping
itu masih ada faktor lain yang dapat mempengaruhi dalam proses persepsi, yaitu
faktor stimulus itu sendiri dan faktor lingkungan dimana persepsi itu
berlangsung dan ini merupakan faktor eksternal. Stimulus dan lingkungan sebagai
faktor eksternal dan individu sebagai faktor internal saling berinteraksi dalam
individu mengadakan persepsi.
Agar
stimulus dapat dipersepsi, maka stimulus harus cukup kuat, stimulus harus
melampaui ambang stimulus, yaitu kekuatan stimulus yang minimal tetapi dapat
menimbulkan kesadaran, sudah dapat dipersepsikan oleh individu. Kejelasan
stimulus akan banyak berpengaruh dalam persepsi. Stimulus yang kurang jelas,
akan berpengaruh dalam ketetapan persepsi. Bila stimulus itu berwujud
benda-benda bukan manusia, maka ketepatan persepsi lebih terletak pada individu
yang mengadakan persepsi. karena benda-benda yang dipersepsi tersebut tidak ada
usaha untuk mempengaruhi yang mempersepsi. Hal tersebut akan berbeda bila yang
dipersepsi itu manusia.
Mengenai keadaan individu yang dapat mempengaruhi hasil persepsi
datang dari dua sumber, yaitu yang berhubungan dengan segi kejasmanian, dan
yang berhubungan dengan segi psikologis. Bila sistim fisiologinya tergangggu.
hal tersebut akan berpengaruh dalam persepsi seseorang. Sedangkan segi
psikologis seperti telah dipaparkan di depan. yaitu antara lain mengenai
pengalaman, perasaan, kemampuan berfikir, kerangka acuan, motivasi akan
berpengaruh pada seseorang dalam mengadakan persepsi. Sedangkan lingkungan atau
situasi yang melatar-belakangi stimulus juga akan berpengaruh dalam persepsi,
lebih-Iebih bila objek merupakan kebulatan atau kesatuan yang sulit dipisahkan.
Objek yang sama dengan situasi sosial yang berbeda, dapat menghasilkan persepsi
yang berbeda.
Jadi dapat disimpulkan bahwa factor-faktor yang mempengaruhi
persepsi antara lain :
1. Objek yang dipersepsi
2. Alat Indera, termasuk syaraf dan pusat susunan syaraf.
- Perhatian.
Persepsi
sosial
Sebagaimana
telah dipaparkan sebelumnya bahwa objek persepsi dapat berada di luar individu
yang mempersepsi, tetapi juga dapat berada dalam diri individu yang
mempersepsi. Dalam mempersepsi diri sendiri orang akan dapat melihat bagaimana
keadaannya dirinya sendiri, orang akan dapat mengevaluasi tentang dirinya
sendiri.
Bila objek
persepsi terletak di luar orang yang mempersepsi, maka objek persepsi dapat
bermacam-macam, yaitu dapat berwujud benda-benda situasi dan juga berwujud
manusia. Bila objek persepsi berwujud benda-benda disebut persepsi benda (things
perception) atau juga disebut non-social perception, sedangkan objek
persepsi berwujud manusia atau orang disebut persepsi sosial atau social.
perception. Namun disamping istilah-istilah tersebut, khususnya mengenai social
perception masih terdapat istilah-istilah lain yang digunakan, yaitu
persepsi orang atau person perception.
Dalam individu mempersepsi benda-benda mati bila dibandingkan
dengan mempersepsi manusia, terdapat segi-segi persamaan di samping terdapat
segi-segi perbedaan. Adanya persamaan bila dilihat bahwa manusia atau orang itu
dipandang sebagai benda fisik seperti benda-benda fisik lainnya yang terikat
pada waktu dan tempat, pada dasarnya tidak berbeda. Namun karena manusia itu
semata-mata bukan hanya benda fisik saja, tetapi mempunyai kemampuan- kemampuan
yang tidak dipunyai oleh benda fisik lainnya, maka hal ini akan membawa
perbedaan antara mempersepsi benda-benda dengan mempersepsi manusia.
Mempersepsi seseorang, individu yang dipersepsi itu mempunyai
kemampuan-kemampuan, perasaan, harapan, walaupun kadarnya berbeda seperti
halnya individu yang mempersepsi. Orang yang dipersepsi dapat berbuat sesuatu
terhadap orang yang mempersepsi, sehingga kadang-kadang atau justru sering
hasil persepsi tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Orang yang
dipersepsi dapat menjadi teman, namun sebaliknya juga dapat menjadi lawan dari
individu yang mempersepsi. Hal tersebut tidak akan dijumpai bila yang
dipersepsi itu bukan manusia atau orang. Ini berarti orang yang dipersepsi
dapat memberikan pengaruh kepada orang yang mempersepsi.
Persepsi sosial merupakan suatu proses seseorang untuk mengetahui,
menginterprestasikan dan mengevaluasi orang lain yang dipersepsi, tentang sifat-sifatnya,
kualitasnya dan keadaan yang lain yang ada dalam diri orang yang dipersepsi,
sehingga terbentuk gambaran mengenai orang yang dipersepsi. Namun demikian
seperti telah dipaparkan diatas, karena yang dipersepsi itu manusia seperti
halnya dengan yang mempersepsi, maka objek persepsi dapat memberikan pengaruh
kepada yang mempersepsi. Dengan demikian dapat dikemukakan dalam mempersepsi
manusia atau orang (person) adanya dua pihak yang masing-masing
mempunyai kemampuan-kemampuan, perasaan-perasaan, harapan-harapan,
pengalaman-pengalaman tertentu yang berbeda satu dengan yang lain, yang akan
dapat berengaruh dalarn mempersepsi manusia atau orang tersebut.
Berdasarkan uraian diatas maka ada beberapa hal yang dapat ikut berperan dan
dapat berpengaruh dalam mempersepsi manusia yaitu:
1. Keadaan stimulus, dalam hal ini
berwujud manusia yang akan dipersepsi.
2. Situasi atau keadaan sosial yang
melatar-belakangi stimulus.
3. Keadaan orang yang mempersepsi.
Walaupun stimulus personnya sama, tetapi jika situasi sosial yang
melatar belakangi stimulus person berbeda akan berbeda hasil
persepsinya. Pikiran, perasaan, kerangka acuan, pengalaman-pengalaman atau
dengan kata lain keadaan pribadi orang yang mempersepsi akan berpengaruh dalam
seseorang mempersepsi orang lain. Hal tersebut disebabkan karena persepsi
merupakan aktivitas yang integrated. Bila orang yang dipersepsi atas
dasar pengalaman merupakan seseorang yang menyenangkan bagi orang yang
mempersepsi akan lain hasil persepsinya bila orang yang dipersepsi itu
memberikan pengalaman yang sebaliknya. Demikian pula dengan aspek-aspek lain
yang terdapat dalam diri orang yang mempersepsi.
Demikian
pula situasi sosial yang melatar-belakangi stimulus person juga akan
ikut berperan dalam hal mempersepsi seseorang. Bila situasi sosial yang melatar
belakangi berbeda, hal tersebut akan dapat membawa perbedaan hasil persepsi
seseorang. Orang yang biasa bersikap keras, tetapi karena situasi sosialnya
tidak memungkinkan untuk menunjukkan kekerasannya, hal tersebut akan
mempengaruhi dalam seseorang berperan sebagai stimulus person. Keadaan
tersebut dapat mempengaruhi orang yang mempersepsinya. Karena itu situasi
sosial yang melatar belakangi stimulus person mempunyai peran yang
penting dalam persepsi, khususnya persepsi social.
Sarwono
(2002) juga menjelaskan bahwa individu dapat mempunyai persepsi social yang
sama dan juga ada kemungkinan mempunyai persepsi social yang berbeda tentang
stimulus yang ada dilingkungannya. Hal ini disebabkan antara lain oleh pengaruh
social budaya dari lingkungan individu, objek yang dipersepsi, motiv individu,
dan kepribadian individu. Lebih jauh, sarwono (2002) menambahkan bahwa persepsi
social juga sangat tergantung pada komunikasi. Artinya, bagaimana komunikasi
yang terjadi antara satu individu dengan individu lainnya akan mempengaruhi
persepsi diantara keduanya. Komunikasi disini menurut Sarwono (2002) bukan
hanya sebatas komunikasi verbal melainkan juga komunikasi non-verbal yang
terjadi antara keduanya, seperti gerak tubuh, ekspresi wajah dan lain
sebagainya.
Selanjutnya,
persepsi sosial juga dianggap sebagai bagian dari kognisi social (akan dibahas
selanjtnya), yaitu pembentukan kesan-kesan tentang karakteristik-karakteristik
orang lain. Kesan yang diperoleh tentang orang lain tersebut biasanya
didasarkan pada tiga dimensi persepsi, yaitu:
1. Dimensi
evaluasi yaitu
penilaian untuk memutuskan sifat baik buruk, disukai-tidak disukai, positif-negatif
pada orang lain.
2. Dimensi
potensi yaitu
kualitas dari orang sebagai stimulus yang diamati (kuat-lemah, sering-jarang,
jelas-tidak jelas).
3. Dimensi
aktivitas yaitu
sifat aktif atau pasifnya orang sebagai stimulus yang diamati.
Berdasarkan
tiga dimensi tersebut, maka persepsi sosial didasarkan pada dimensi evaluatif, yaitu untuk menilai
orang. Penilaian ini akan menjadi penentu untuk berinteraksi dengan orang
selanjutnya. Artinya, persepsi sosial timbul karena adanya kebutuhan untuk
mengerti dan meramalkan orang lain. Maka dalam persepsi sosial tercakup tiga
hal yang saling berkaitan, yaitu:
1. Aksi
orang lain, yaitu
tindakan individu yang berdasarkan pemahaman tentang orang lain yang dinamis,
aktif dan independen.
2. Reaksi
orang lain, merupakan aksi individu
menghasilkan reaksi dari individu, karena aksi individu dan orang lain tidak
terpisah. Pemahaman individu dan cara pendekatannya terhadap orang lain
mempengaruhi perilaku orang lain itu sehingga timbul reaksi.
3. Interaksi
dengan orang lain, yaitu
reaksi dari orang lain mempengaruhi reaksi balik yang akan muncul.
Bias
dalam Persepsi Sosial
Ada
beberapa bias atau kesesatan dalam persepsi sosial, antara lain yaitu:
1. Hallo Effect
Merupakan
kecenderung untuk mempersepsi orang secara konsisten. Hallo effect ini secara umum terjadi karena individu hanya mendasarkan
persepsinya hanya pada kesan fisik atau karakteristik lain yang bisa diamati.
2. Forked
Tail Effect (negative
hallo)
Merupakan
lawan dari hallo effect, yaitu melebih-lebihkan kejelekan orang hanya
berdasarkan satu keadaan yang dinilai buruk.
Semoga bermanfaat!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar